Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap Bitcoin dan aset kripto lainnya, pertanyaan-pertanyaan seputar aset digital baru ini semakin sering muncul. Tak jarang hal ini juga menimbulkan banyak kesalahpahaman tentang Bitcoin di tengah masyarakat. Nah, apa saja sebetulnya kesalahpahaman tentang Bitcoin? Yuk, simak pembahasannya di bawah ini.
1: Bitcoin itu Skema Piramida
Beberapa orang yang tidak percaya terhadap Bitcoin mengklaim bahwa Bitcoin adalah Skema Piramida dikarenakan alasan keuntungan yang diperoleh investor Bitcoin. Dalam artikel ini, kami ingin memeriksa pernyataan tersebut dengan saksama.
Apa itu Skema Piramida?
Skema piramida adalah model bisnis yang mendapatkan keuntungan dengan cara merekrut anggota baru. Untuk menjadi bagian dari bisnis, anggota baru harus membayar uang muka. Anggota baru akan bertindak sebagai salesman dan anggota tersebut perlu terlebih dahulu membeli produk. Produk biasanya tidak memiliki permintaan yang tinggi tetapi anggota baru harus membeli produk tersebut untuk tetap tergabung dalam bisnis. Dalam beberapa skema piramida, anggota perlu menyimpan persediaan barang yang akan dijual. Ini menciptakan lebih banyak penawaran daripada permintaan.
Bagaimana Cara Kerja Skema Piramida?
Sebagai ilustrasi, mari kita ambil kisah tiga orang: Michael, Sam, dan Anna. Michael bergabung dengan bisnis melalui Sam. Michael kemudian memberi tahu Anna bahwa dia memiliki peluang bisnis yang unik. Untuk bergabung dalam bisnis ini, Anna perlu membeli beberapa produk awal dan dari situ Anna dapat menjual produknya. Tidak hanya Anna yang mendapatkan komisi dari produk yang dijualnya, namun jika Anna merekrut member baru, Anna juga akan mendapatkan fee dari hasil penjualannya. Anna menyadari bahwa jika dia merekrut lebih banyak anggota, dia akan menghasilkan lebih banyak uang dari penjualan mereka. Jadi Anna kemudian fokus merekrut lebih banyak anggota daripada menjual produk. Ketika Anna berhasil merekrut anggota baru, tidak hanya Anna yang menikmati komisi penjualan anggota baru, Michael dan Sam juga menikmati sebagian dari komisi tersebut. Untuk terus menjadi anggota bisnis ini, Anna juga perlu terus mengisi kembali persediaan produk baik dia bisa atau tidak bisa menjual semuanya.
Seperti yang dapat kita lihat bahwa anggota baru sangat penting dan dibutuhkan untuk menjaga agar skema piramida terus berjalan.
Karakteristik Skema Piramida
Untuk mengenal skema piramida, Anda perlu mengetahui karakteristik skema piramida, seperti:
- Memberikan janji keuntungan tinggi dengan resiko rendah
- Membutuhkan biaya dimuka
- Hasil yang terlalu konsisten
- Strategi bisnis yang kompleks dan rahasia
- Perlunya merekrut lebih banyak anggota baru
- Anggota diharuskan membeli banyak persediaan barang/produk
Apakah Bitcoin Merupakan Skema Piramida?
Sekarang mari kita telusuri apakah Bitcoin memenuhi syarat untuk dianggap sebagai skema piramida.
Bitcoin Adalah Komoditas atau Barang Koleksi
Ketika bitcoin pertama kali dibuat oleh Satoshi Nakamoto, tidak ada penekanan / fokus untuk memberikan keuntungan investasi yang tinggi. Satoshi Nakamoto melihat Bitcoin sebagai komoditas atau barang koleksi. Bitcoin dirancang untuk menjadi “logam digital” berharga yang dapat menyimpan nilai. Dalam salah satu kutipannya, Satoshi mengatakan hal berikut tentang Bitcoin:
“Dalam hal ini, Bitcoin lebih mirip logam mulia. Ketimbang pasokan (bitcoin) berubah untuk menjaga nilainya tetap sama, persediaan bitcoin sudah ditentukan sebelumnya dan nilainya akan terus berubah. Seiring dengan bertambahnya jumlah pengguna, nilai per koin akan meningkat. Ini memberikan potensi umpan balik positif; seiring bertambahnya pengguna, nilainya juga naik, pengguna akan memanfaatkan nilai yang meningkat. ” – Satoshi Nakamoto
Bitcoin memperoleh nilai dari jumlahnya yang terbatas dan jaringan Bitcoin. Orang yang membeli Bitcoin di waktu awal tidak menerima keuntungan langsung dari pendatang baru. Untuk mendapatkan Bitcoin, seseorang dapat membelinya di pertukaran kripto atau menambangnya tanpa keterlibatan siapa pun. Di masa-masa awal, orang dapat menambang bitcoin menggunakan laptop tanpa perlu modal awal.
Tidak seperti skema piramida yang menjanjikan keuntungan yang konsisten, tidak ada seorang pun yang bisa memprediksi pergerakan harga Bitcoin. Harga Bitcoin murni berasal dari penawaran dan permintaan – ketika ada lebih banyak permintaan daripada penawaran, harga Bitcoin naik karena orang-orang bersedia membayar lebih mahal. Harga Bitcoin dipengaruhi juga oleh berita dan regulasi.
Harga Bitcoin di tahun 2021 menjadi lebih stabil dibandingkan sebelumnya karena kapitalisasi pasar yang meningkat dan semakin banyak yang menggunakan. Sebelum periode waktu ini, kami telah melihat banyak contoh di mana harga Bitcoin mengalami penurunan besar-besaran dalam jangka waktu singkat (30% – 80%) lalu dilanjutkan dengan peningkatan harga yang lebih kuat kemudian. Tidak ada yang dapat memprediksi pergerakan harga Bitcoin adalah salah satu bukti bahwa bitcoin bukan skema piramida, melainkan jaringan nilai yang terus berkembang yang perlahan-lahan menggantikan emas sebagai alat penyimpan nilai.
2. Bitcoin adalah Bubble
Bubble atau gelembung adalah kondisi saat sebuah aset memiliki kenaikan harga yang sangat cepat diikuti dengan harga yang menurun secara drastis setelah mencapai puncaknya. Banyak yang menganggap bahwa kenaikan harga Bitcoin yang drastis masuk ke dalam fenomena bubble. Harga Bitcoin juga sangat fluktuatif–dapat naik 100% kemudian turun sebanyak 80%. Akan tetapi, jika kita lihat lebih jauh, harga Bitcoin dalam jangka panjang sebenarnya selalu mengalami kenaikan.
Harga Bitcoin yang terus naik dipengaruhi oleh halving, proses pengurangan jumlah Bitcoin yang bisa ditambang, yang dilakukan secara periodikal. Pada dasarnya, jumlah Bitcoin baru yang ditambang akan berkurang setengah setiap 210,000 blok atau setiap empat tahun sekali. Proses halving membuat jumlah Bitcoin baru semakin lama semakin sedikit. Sehingga setiap empat tahun sekali Bitcoin mengalami tren kenaikan di tahun pertama setelah halving, dan tren penurunan harga di tiga tahun seterusnya. Jumlahnya yang semakin terbatas menjadi alasan di balik kenapa Bitcoin dianggap sebagai aset yang berharga.
3. Bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik
Salah satu kesalahpahaman tentang Bitcoin adalah aset ini dianggap tidak memiliki nilai intrinsik. Padahal nilai intrinsik Bitcoin terletak dari jaringan yang dibentuk oleh Bitcoin. Zaman dulu saat telepon pertama kali diciptakan, telepon tidak memiliki nilai karena hanya sedikit orang yang menggunakannya. Sejalan dengan semakin banyaknya orang yang menggunakan telepon, jaringan telepon semakin meluas dan nilai dari telepon terletak sebagai media yang dapat menghubungkan orang di manapun mereka berada. Demikian pula halnya dengan Bitcoin.
Bitcoin memiliki jaringan moneter yang terdesentralisasi. Maksudnya, jaringan Bitcoin tersebar di seluruh dunia dan tidak dikuasai oleh satu pihak. Saat ini ada sekitar 9.000 lebih koneksi jaringan Bitcoin yang kita sebut sebagai nodes. Semua orang bisa berpartisipasi untuk menjalankan jaringan Bitcoin. Tidak ada pihak yang bisa mematikan jaringan tersebut dan Bitcoin dapat bekerja walaupun hanya ada satu jaringan saja yang beroperasi.
Selain dari jaringannya, Bitcoin memiliki keunggulan sebagai alat penyimpan nilai (store of value) seperti emas, karena Bitcoin memiliki kelangkaan dan juga dapat dipindahkan secara instan. Berikut adalah salah satu kutipan dari pencipta Bitcoin, Satoshi Nakomoto:
Coba bayangkan, anggap saja di dunia ini ada sebuah logam yang selangka emas dan memiliki karakteristik berikut: memiliki warna yang membosankan seperti abu-abu, bukan konduktor listrik yang baik, tidak dapat diubah bentuknya, tidak bisa menjadi hiasan. Akan tetapi, logam ini memiliki keunggulan yang spesial, yaitu dapat dipindahkan melalui channel komunikasi. Di saat seseorang ingin memindahkan kekayaannya, mereka dapat membeli logam ini, mengirimkannya [melalui jaringan komunikasi] dan penerimanya dapat menjualnya kembali – Satoshi Nakamoto, Agustus 2010
Jika kita bandingkan dengan emas, apabila harga emas naik 3x lipat, banyak orang yang akan berlomba untuk menggali atau mendapatkan emas. Saat tambang emas baru atau cara menggali emas yang lebih efisien ditemukan, maka jumlah emas dapat bertambah. Saat jumlah emas bertambah, maka harganya pun akan menurun, karena pasar akan menyesuaikan harga dengan supply yang ada.
Bitcoin dapat menjadi store of value yang baik karena jumlah dari Bitcoin itu terbatas. Apapun yang terjadi pada harga Bitcoin, jumlah supply dari Bitcoin tidak akan dapat ditambahkan. Misalkan harga bitcoin naik 10x lipat, tidak ada miner yang dapat menambahkan supply dari Bitcoin seberapa pun mereka bekerja keras, atau seberapa banyak mesin penambang Bitcoin yang mereka punya.
4. Bitcoin menghabiskan energi
Salah satu isu yang sering dibahas akhir-akhir ini mengenai aset kripto adalah penambangan Bitcoin yang dinilai tidak ramah lingkungan. Akan tetapi, sebenarnya penambangan Bitcoin menghabiskan energi jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan penambangan emas dan penggunaan mata uang fiat. Untuk menghasilkan satu keping emas dibutuhkan energi untuk menggali tanah, mencari tambang emas, memproses berton-ton batu untuk mencari beberapa gram emas. Belum lagi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh tambang emas.
Sedangkan untuk menjalankan mata uang fiat, dibutuhkan tenaga untuk menjalankan sistem perbankan, menjalankan ATM di seluruh dunia, dan juga belum lagi pengeluaran energi untuk gedung dan infrastruktur perbankan lainnya.
Penambangan Bitcoin memang memerlukan listrik, akan tetapi karena setiap penambang yang berhasil membentuk blok baru akan mendapatkan Bitcoin baru dari sistem, maka setiap penambang akan memiliki insentif untuk mencari sumber daya alam yang paling murah dan paling efisien. Kita bisa lihat bahwa banyak penambang yang saat ini berusaha untuk mencari energi yang bisa diperbaharui seperti hydroelektrik, tenaga surya dan sebagainya.
5. Bitcoin tidak dapat dikembangkan
Salah satu kesalahpahaman tentang Bitcoin adalah aset ini tidak lagi dapat dikembangkan. Padahal, meski secara perlahan, Bitcoin terus dikembangkan untuk memastikan sistem jaringan moneternya tetap aman.
Dalam sebuah protokol pembayaran ada tiga aspek penting yang harus kita perhatikan, yaitu:
- Keamanan
- Kecepatan penyelesaian transaksi (settlement)
- Desentralisasi
Uang tunai unggul dalam kecepatan penyelesain transaksi (settlement) tetapi tidak memiliki keamanan, karena uang tunai memiliki bentuk fisik, sehingga rentan akan pencurian.
Visa dan Mastercard memiliki kecepatan transaksi, akan tetapi kecepatan settlement atau penyelesaian transaksi antara penjual dan pembeli membutuhkan waktu beberapa hari. Selain itu Visa dan Mastercard memiliki jaringan yang tersentralisasi atau diatur oleh satu perusahaan, sehingga jaringan dari Visa dan Mastercard bukan lah yang teraman.
Bitcoin memiliki ketiga aspek di atas: keamanan, kecepatan penyelesaian transaksi dan desentralisasi. Bitcoin dapat menyelesaikan transaksi sebanyak 1800 transaksi per 10 menit dan Bitcoin juga terdesentralisasi. Bitcoin menggunakan besaran block di dalam blockchain yang kecil karena dengan size saat ini yaitu 1 MB, keamanan Bitcoin dapat dipastikan.
Akan tetapi dengan adanya jaringan baru yang dibentuk di atas jaringan Bitcoin seperti Lightning Network (LN), Bitcoin dapat memproses transaksi layaknya Visa dan Mastercard yang mana Bitcoin dapat menampung 45,000 transaksi per detik, dan settlement akan diselesaikan setiap 10 menit sekali (jauh lebih cepat daripada settlement visa dan mastercard).
6. Bitcoin sangat volatile
Apabila dibandingkan dengan saham, pergerakan harga Bitcoin memang lebih fluktuatif. Akan tetapi, jika diperhatikan, volatilitas Bitcoin semakin lama semakin stabil. Bitcoin merupakan aset baru yang mulai digunakan pada tahun 2009. Karena aset ini tergolong baru, maka sangat wajar bila nilainya naik turun. Di dalam masa adopsi saat ini masih banyak yang menggunakan Bitcoin untuk spekulasi. Jika kita lihat pergerakan market kapitalisasi Bitcoin, volatilitas Bitcoin pada dasarnya semakin lama semakin mengecil.
7. Pemerintah melarang Bitcoin
Salah satu mitos mengenai Bitcoin adalah pemerintah akan menghentikan penggunaan Bitcoin. Satu-satunya cara untuk pemerintah menghentikan Bitcoin adalah mematikan listrik di seluruh dunia, yang sebetulnya tidak mungkin dilakukan. Yang pemerintah bisa lakukan adalah meregulasi aset kripto. Market kapitalisasi aset kripto pun sudah melebihi 7.2 Triliun USD sehingga industri ini sudah terlambat untuk diabaikan.
Kita bisa melihat apa yang sudah terjadi di negara-negara seperti China, Nigeria, atau India yang melarang penggunaan aset kripto seperti Bitcoin. Di saat negara tersebut menghentikan perdagangan aset kripto, perdagangan peer-to-peer (antar sesama) malah melambung tinggi.
Saat ini sudah ada negara yang sudah melegalkan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, yaitu El Salvador. Dengan diakuinya Bitcoin sebagai alat pembayaran pada Juni 2021, maka masyarakat El Salvador dapat menggunakan Bitcoin untuk transaksi apapun di negaranya. Dilegalkannya Bitcoin di El Salvador sempat mendongkrak harga aset kripto ini dengan kenaikan hingga 12% saat berita tersebut diumumkan.